This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 15 Januari 2009

Cinta dan Benci

Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadits Nabi Muhammad SAW : “Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketia ia menjadi seterumu. Dan bencilah seterumu secara wajar juga , siapa tahu suatu saat ia menjadi kekasihmu. Cinta dan benci adalah naluri manusi, tidak heran jika agama memberikan petunjuk menyeangkut hal tersebut sebagaimana petunjuknya menyangkut potensi-potensi manusia yang lain.

Nasihat di atas ditujukan kepada manusi, dimeikian juga kekasih dan steru yang dimaksud. Manusia memiliki Qalbu, yang dalam bahasa aslinya berarti, “Bolak-balik”. Hati manusia dinamai Qalbu karena ia sering berubah-ubah, sekali ke kiri dan sekali ke kanan. Apalagi bila ia tidak memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti.
Cinta dan benci mengisi suatu waktu, sedangkan waktu it uterus berlalalu. Karenanya, cinta dan benci pun dapat berlalu. Sebelum bercinta, seseorang merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”. Tetapi, ketika bercinta, ia dapat merasa memiliki “ada”. Dan ketika cintanya putus, ia merasa “tidak ada” dan hampa. Demikianlah cinta mempermainkan manuisa. Cinta dan persahabatan anak muda menurut sebagian pakar didorong oleh usaha memperoleh kelezatan. Karenanya, ia serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus. Sedangkan cinta dan persahabatan orang dewasa adalah demi memperoleh manfaat, dan ini pun beragam sehingga ia pun bersifat sementara. Abu Hayyan At-Tauhidy menulis : “Perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan mencari sahabat.” Sahabat, menurut Aris Toteles, adalah Anda sendiri, hanya saja dia orang lain.
Dia adalah Kita sendiri. Dan ingat, Kita memiliki Qalbu yang seringkali berubah-ubah. Karenya, tidaaak ada persahabatan yang kekal, apalagi dalam dunia kelezatan dan kepentingan. Para sahabat akrab, pada hari kemudian saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa (Qs 43:67). Karena orang bertaqwa memiliki pegangan hidup dan tolok uku yang pasti, yang bersumber dari Allah yang Mahakekal.
“Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (Q.S. Al-Maaidah : 8)

Pemuda Idaman Syurga

Nah, sekarang giliran kita deh, sebagai generasi muda harapan emak, ups harapan bangsa maksudnya, yang boleh sedikit berbangga hati (tapi jangan berlebihan ya!!). So pasti deh kudu bangga..Gimana nggak bangga, coba? Eksistensi pemuda dalam agama Cinta ini sungguh sangat dihargai. Bahkan, al-Qur’an memaparkan dengan jelas tentang kepemudaan dalam salah satu suratnya. Masih ga percaya juga?? Islam itu merhatiin banget ‘n memuliakan para pemuda kayak kita ini. Al-Qur’an menceritakan tentang potret pemuda dalam fragmen ashaabul kahfi sebagai kelompok pemuda yang beriman pada sang Pencipta, Allah SWT. ‘n ninggalin mayoritas kaumnya yang ingkar dari agama Allah SWT, sehingga Allah SWT menyelamatkan para pemuda itu dengan membuat mereka tertidur selama 309 tahun. Coba deh contek: QS 18..

Lain ashaabul kahfi, lain juga kisah pemuda ashaabul ukhdud dalam Kitab-Nya, yang juga menceritakan tentang pemuda tegar dalam keimanannya kepada Allah SWT, sampe-sampe banyak yang ngikutin jejaknya untuk beriman kepada Allah SWT. Hingga aksinya ini bikin keki penguasa pada saat itu. Saking keselnya sama orang-orang yang beriman, penguasa dzolim itu tega membinasakan ratusan orang dengan diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak (sabab nuzul QS ). Naudzubillah, sereem banget deh. Horor!!

Dan masih banyak lagi contoh-contoh kisah para pemuda lainnya, yang bisa kita jadikan suri tauladan sebagai cermin diri. Diantaranya bahwa mayoritas dari assabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW) adalah para pemuda (Abubakar ra masuk Islam pada usia 32 tahun, Ali ra 9 th, Umar ra 35 th, , Utsman ra 30 th, dst). Nah, kita yang mayoritasnya sedari brojol dari rahim ummi tercinta udah menyandang status sebagai muslim, masih aja berperilaku yang neko-neko. Capee deeeh..!!

Rahasia Biar Allah Fall in love sama kita

Mau tau apa rahasianya biar bisa jadi pemuda yang dicintai oleh Allah SWT? Ini dia rahasianya. Sifat-sifat yang membuat para pemuda itu dicintai Allah SWT dan mendapatkan derajat yang tinggi sampe-sampe kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan dibaca oleh jutaan manusia dari zaman baheula hingga sekarang dan masa yang akan datang, adalah sebagai berikut :
1. Karena mereka selalu menyeru pada al-haq (QS 7/181)
2. Mereka mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS 5/54)
3. Mereka saling melindungi, menegakkan shalat (QS 9/71), tidak sebagaimana para pemuda yang menjadi musuh Allah SWT (QS 9/67)
4. Mereka adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS 13/20)
5. Mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS 49/15)

Nah tuh coba, tips-tipsnya udah di kasih, contoh juga ada. Masih mau jadi pemuda dan pemudi yang memble tanpa arti? Kalo kita memble ‘n ga punya arti dalam hidup ini jangan coba-coba bangga jadi pemuda deh!! Kalo masih saja ngandelin kemualiaan leluhur, tanpa pernah membuktikan kalo diri sendiri bisa berguna, apa yang mau di banggain? Well, sebelum tubuh lemah tak berdaya di makan usia, selama semangat masih membara, ayoo tunjukkan, kalo kita juga BISA!!

Apakah Ciri-ciri Wanita Syurga ?

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk surga ? Bagaimana dengan istri-istri kaum mukminin di dunia yakni wanita-wanita penduduk bumi ?

Isetri-isteri kaum mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita muslimah ingin menjadi ahli surga. Pada hakekatnya wanita ahli surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli surga adalah :

1.Bertakwa.

2.Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul- Nya, hari kiamat dan beriman kepada taqdir yang baik maupun yang buruk.
3.Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan naik haji bagi yang mampu.

4.Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah,
jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5.Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah,
tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya,
takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah,
bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6.Gemar membaca Al-Qur’an dan berusaha memahaminya,
berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang, dan berdo’a kepada Allah semata.

7.Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar
pada keluarga dan masyarakat.

8.Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim,
fakir miskin dan seluruh makhluk,
serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9.Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang menahan pemberian kepada dirinya, dan mema’afkan orang yang menzaliminya.

10.Berinfak baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11.Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12.Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13.Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14.Berbakti kepada kedua orang tua.

15.Menyambung tali silaturrahmi dengan karib kerabatnya,
sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita ahli surga yang
saya sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hanya 11 hal. 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan, tetapi ciri-ciri wanita ahli surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

(ayat)
…. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar. (Q.S. An-Nisa’ : 13)

Wallahu a’lam bish-shawaab.

Jangan Marah ....

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Berilah saya nasihat.” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan marah.” (HR. Bukhari). Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan, “Makna jangan marah yaitu janganlah kamu tumpahkan kemarahanmu. Larangan ini bukan tertuju kepada rasa marah itu sendiri. Karena pada hakikatnya marah adalah tabi’at manusia, yang tidak mungkin bisa dihilangkan dari perasaan manusia.”

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam juga pernah menasihatkan, “Apabila salah seorang dari kalian marah dalam kondisi berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring.” (HR. Ahmad, Shohih)

Dahulu ada juga seorang lelaki yang datang menemui Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rosululloh, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.” Maka beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan.” (HR. Thobrani, Shohih)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh juga mengatakan, “Bukanlah maksud beliau adalah melarang memiliki rasa marah. Karena rasa marah itu bagian dari tabi’at manusia yang pasti ada. Akan tetapi maksudnya ialah kuasailah dirimu ketika muncul rasa marah. Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam lubuk hati bani Adam. Oleh sebab itulah anda bisa melihat kalau orang sedang marah maka kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang. Bahkan terkadang rambutnya ikut rontok dan berjatuhan akibat luapan marah. Dan berbagai hal lain yang tidak terpuji timbul di belakangnya. Sehingga terkadang pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia lakukan.”

Tips Menanggulangi Kemarahan

Syaikh Wahiid Baali hafizhohulloh menyebutkan beberapa tips untuk menanggulangi marah. Diantaranya ialah:

1. Membaca ta’awudz yaitu, “A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim”.
2. Mengingat besarnya pahala orang yang bisa menahan luapan marahnya.
3. Mengambil sikap diam, tidak berbicara.
4. Duduk atau berbaring.
5. Memikirkan betapa jelek penampilannya apabila sedang dalam keadaan marah.
6. Mengingat agungnya balasan bagi orang yang mau memaafkan kesalahan orang yang bodoh.
7. Meninggalkan berbagai bentuk celaan, makian, tuduhan, laknat dan cercaan karena itu semua termasuk perangai orang-orang bodoh.

Syaikh As Sa’di rohimahulloh mengatakan, “Sebaik-baik orang ialah yang keinginannya tunduk mengikuti ajaran Rasul shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang menjadikan murka dan pembelaannya dilakukan demi mempertahankan kebenaran dari rongrongan kebatilan. Sedangkan sejelek-jelek orang ialah yang suka melampiaskan hawa nafsu dan kemarahannya. Laa haula wa laa quwwata illa billaah” (lihat Durrah Salafiyah).
Sumber: Buletin At-Tauhid
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Perempuan Pilihan

Jika menetapkan pilihan adalah keniscayaan hidup maka adanya seleksi menjadi kausalitas dari proses memilih itu. Manusia secara didaktis akan menyeleksi setiap substansi kehidupan di sekitarnya, termasuk diantaranya adalah melakukan seleksi untuk para perempuan. Mungkin kenyataan ini terlalu misoginis. Namun demikianlah adanya. Seleksi itu memilih perempuan terpilih untuk kemudian menjadi perempuan pilihan.

Siapakah perempuan pilihan? Dia pernah hidup di sebuah peradaban dan memiliki kekhasan yang membedakan dengan perempuan-perempuan yang hidup di peradaban itu pada umumnya. Mungkin kebanyakan kita tidak mengenal nama Zanubiya. Buku 100 wanita pilihan menulis histori Ratu kerajaan Tadmur itu, sebuah kerajaan kecil di ranah Arab, dengan sangat mengagumkan. Kecerdasan, keberanian wibawa, kecantikan serta keibuannya memenuhi kualifikasi dia sebagai perempuan pilihan.


Perempuan-perempuan pilihan dalam sejarah Islam adalah representasi muslimah dengan kesuksesan perannya. Khadijah ra adalah profil tepat pendamping tokoh besar. Asma Binti Abu Bakar merupakan representasi aktifis perempuan Islam. Aisyah ra sebagai ilmuwan perempuan. Fatimah ra profil anak perempuan, Khansa ra profil mujahidah, Nusaibah adalah ra pejuang perempuan dan tabi’in terpilih lain yang mungkin sedikit bahkan tidak pernah tercatat dalam sejarah Islam.

Satu fakta cukup mengenaskan. Generasi tabi’in perempuan setelah nabi terus mengalami penurunan luar biasa kualitas biogratifnya. Hal ini berlanjut hingga sekarang. Ada apa dengan para muslimah? Salah satu anasirnya adalah penghargaan terbaik untuk perempuan di era nabawaiyah, setelah itu para muslimah banyak yang terjebak dalam polarisasi nilai yang menyerang zaman ini cukup akut. Ada banyak tangan mempermainkan nilai, sistem bahkan ayat-ayat Al Qur’an sedemikian lihai.

Jumat, 02 Januari 2009

Menengok Perjuangan Habib Ahmad bin Abdullah Alatas di Pekalongan

Amar ma'ruf nahi munkar

Dibacakan manakib atau riwayat hidup Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas. Ia dilahirkan di kota Hajren, Hadramaut, Yaman, pada 1255 Hijriah atau 1836 Masehi. Setelah menguasai Alquran dan mendalami dasar-dasar ilmu agama, ia melanjutkan menuntut ilmu kepada para pakar dan ulama terkenal lainnya.

Kemudian, ia menimba ilmu yang lebih banyak lagi di Mekkah dan Madinah. Sekalipun mendapatkan tempaan ilmu dari berbagai ulama terkenal di kedua Kota Suci itu, namun guru yang paling utama dan paling besar pengaruh didikan dan asuhannya atas pribadi Habib Ahmad, adalah Assayid Ahmad Zaini Dahlan. Yang belakangan ini, adalah seorang pakar ulama di Mekkah yang memiliki banyak murid dan santrinya. Baik dari Mekah sendiri maupun negara-negara Islam lainnya. Termasuk para tokoh ulama dan kiai dari Indonesia, seperti Hadrotul Fadhil Mbah KH Kholil Bangkalan, Madura, dan Hadrotusy Syaikh KH Hasyim Asy'ari, Jombang, Jatim, pendiri NU dan kakek dari Presiden Abdurrahman Wahid. Di samping KH Murtadha, tokoh ulama Betawi akhir abad ke-19.

Di antara murid atau orang seangkatan Ahmad Zaini Dahlan di Mekkah adalah Imam Nawawi Al-Bantani, seorang pemukiman Indonesia di Arab Saudi, pengarang kitab-kitab kuning. Di antaranya Tafsir Munir, yang bukan saja dijadikan acuan oleh ahli tafsir di Indonesia, tapi juga di hampir semua dunia Islam.

Setelah usai dan lulus menempuh pendidikan dan latihan, terutama latihan kerohanian secara mendalam, Habib Ahmad oleh guru besarnya itu ditugaskan untuk berdakwah dan mengajar di Mekkah. Di kota kelahiran Nabi ini, ia dicintai dan dihormati segala lapisan masyarakat, karena berusaha meneladani kehidupan Rasulullah.

Setelah tujuh tahun mengajar di Mekkah, ia kemudian kembali ke Hadramaut. Setelah tinggal beberapa lama di kota kelahirannya, Habib Ahmad merasa terpanggil untuk berdakwah ke Indonesia. Pada masa itu, sedang banyak-banyaknya para imigran dari Hadramaut ke Indonesia, di samping untuk berdagang juga menyebarkan agama.

Setibanya di Indonesia, ia kemudian ke Pekalongan. Melihat keadaan kota itu yang dinilainya masih membutuhkan dukungan pensyiaran Islam, maka tergeraklah hatinya untuk menetap di kota tersebut. Saat pertama menginjakkan kakinya di kota ini, ia melaksanakan tugas sebagai imam Masjid Wakaf yang terletak di Kampung Arab (kini Jl Surabaya). Kemudian ia membangun dan memperluas masjid tersebut.

Di samping menjadi imam, di masjid ini Habib Ahmad mengajar membaca Alquran dan kitab-kitab Islami, serta memakmurkan masjid dengan bacaan Daiba'i, Barjanzi, wirid dan hizib di waktu-waktu tertentu. Ia juga dikenal sebagai hafidz (penghapal Alquran).

Melihat suasana pendidikan agama waktu itu yang sangat sederhana, maka Habib Ahmad tergerak untuk mendirikan Madrasah Salafiyah, yang letaknya berseberangan dengan Masjid Wakaf. Begitu pesatnya kemajuan Madrasah Salafiyah waktu itu, hingga banyak menghasilkan ulama-ulama. Madrasah ini, yang didirikan lebih sekitar satu abad lalu, menurut Habib Abdullah Bagir, merupakan perintis sekolah-sekolah Islam modern, yang kemudian berkembang di kota-kota lain.

Menurut sejumlah orang tua di kota Pekalongan, berdasarkan penuturan ayah atau mereka yang hidup pada masa Habib Ahmad, habib ini selalu tampil dengan rendah hati (tawadhu), suka bergaul, dan marah bila dikultuskan.

Kendati demikian, kata cicitnya Habib Abdullah Bagir, ''Beliau tidak dapat mentolerir terhadap hukum-hukum dari Allah atau melihat orang yang meremehkan soal agama.'' Seperti menegakkan amar ma'ruf nahi munkar. Menurut Bagir, kakeknya ibarat Khalifah Umar bin Khatab, yang tegas-tegas menentang setiap melihat kemungkaran. Tidak peduli yang melakukannya itu orang awam atau pejabat tinggi.

Sebagai contoh disebutkan, para wanita, tidak akan berani lalu lalang di depan kediamannya tanpa mengenakan kerudung atau tutup kepala. Tidak peduli wanita Muslim, maupun wanita Cina dan Belanda, menggunakan tutup kepala bila lewat di tempat kediamannya. Pernah seorang isteri residen Pekalongan, dimarahi karena berpapasan dengannya tanpa menggunakan tutup kepala. Cerita-cerita yang berhubungan dengan tindakan Habib Ahmad ini sudah begitu tersebar luas di tengah masyarakat Pekalongan. Bahkan, setiap perayaan yang menggunakan bunyi-bunyian seperti drumband, mulai perempatan selatan sampai perempatan utara Jl KH Agus Salim, tidak dibunyikan karena akan melewati rumahnya. Ia juga sangat keras terhadap perjudian dan perzinahan, sehingga hampir tidak ada yang berani melakukannya di kota ini, saat beliau masih hidup.

Keberaniannya dalam menindak yang munkar itu, rupanya diketahui oleh sejumlah sahabatnya di Hadramaut. ''Saya heran dengan Ahmad bin Thalib Alatas yang dapat menjalankan syariat Islam di negeri asing, negeri jajahan lagi,'' kata Habib Ahmad bin Hasan Alatas, seorang ulama dari Hadramaut.

Habib Ahmad yang kegiatan sehari-hari lebih banyak di Masjid Wakaf, Jl Surabaya, pada akhir hayatnya mengalami patah tulang pada pangkal pahanya, akibat jatuh, hingga tidak dapat berjalan. Sejak itu ia mengalihkan kegiatannya di kediamannya, termasuk shalat berjamaah dan pengajian.

Penderitaan ini berlanjut hingga meninggalnya pada malam Ahad, 24 Rajab 1347 H atau 1928 M, dalam usia 92 tahun, dan dimakamkan di pekuburan Sapuro, Kodya Pekalongan. Namun peringatan khaulnya diselenggarakan setiap tanggal 14 Sya'ban, bersamaan dengan malam Nifsu Syaban, yang tiap tahun dihadiri ribuan orang, tidak jarang dari luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Ketika ia meninggal dunia, hampir seluruh penduduk kota Pekalongan dan sekitarnya mengantarkan jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir. ''Belum pernah di kota Pekalongan terdapat pengantar jenazah seperti ketika wafatnya Habib Ahmad,'' kata Habib Alwi Alatas, 70, salah seorang kerabatnya.

Karena itulah, setiap khaulnya selalu dihadiri oleh ulama terkemuka, termasuk almarhum KH Abdullah Syafe'i, dan kini putranya KH Abdul Rasyid AS, serta KH Abdurrahman Nawi, dari Jakarta.