Kamis, 15 Januari 2009

Cinta dan Benci

Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadits Nabi Muhammad SAW : “Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketia ia menjadi seterumu. Dan bencilah seterumu secara wajar juga , siapa tahu suatu saat ia menjadi kekasihmu. Cinta dan benci adalah naluri manusi, tidak heran jika agama memberikan petunjuk menyeangkut hal tersebut sebagaimana petunjuknya menyangkut potensi-potensi manusia yang lain.

Nasihat di atas ditujukan kepada manusi, dimeikian juga kekasih dan steru yang dimaksud. Manusia memiliki Qalbu, yang dalam bahasa aslinya berarti, “Bolak-balik”. Hati manusia dinamai Qalbu karena ia sering berubah-ubah, sekali ke kiri dan sekali ke kanan. Apalagi bila ia tidak memiliki pegangan hidup dan tolok ukur yang pasti.
Cinta dan benci mengisi suatu waktu, sedangkan waktu it uterus berlalalu. Karenanya, cinta dan benci pun dapat berlalu. Sebelum bercinta, seseorang merasa dirinya adalah salah satu yang “ada”. Tetapi, ketika bercinta, ia dapat merasa memiliki “ada”. Dan ketika cintanya putus, ia merasa “tidak ada” dan hampa. Demikianlah cinta mempermainkan manuisa. Cinta dan persahabatan anak muda menurut sebagian pakar didorong oleh usaha memperoleh kelezatan. Karenanya, ia serba cepat, yaitu cepat terjalin dan cepat pula putus. Sedangkan cinta dan persahabatan orang dewasa adalah demi memperoleh manfaat, dan ini pun beragam sehingga ia pun bersifat sementara. Abu Hayyan At-Tauhidy menulis : “Perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan mencari sahabat.” Sahabat, menurut Aris Toteles, adalah Anda sendiri, hanya saja dia orang lain.
Dia adalah Kita sendiri. Dan ingat, Kita memiliki Qalbu yang seringkali berubah-ubah. Karenya, tidaaak ada persahabatan yang kekal, apalagi dalam dunia kelezatan dan kepentingan. Para sahabat akrab, pada hari kemudian saling bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa (Qs 43:67). Karena orang bertaqwa memiliki pegangan hidup dan tolok uku yang pasti, yang bersumber dari Allah yang Mahakekal.
“Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (Q.S. Al-Maaidah : 8)

0 komentar: